Selasa, 15 Juni 2010

PEERS ( Teman Sebaya )




Ani bermain-main dengan teman sebayanya, sering kita dengar istilah tersebut. Sebaya adalah individu yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kira-kira sama.
Lalu, apa fungsi teman sebaya bagi anak?
Fungsi teman sebaya bagi perkembangan anak adalah memberikan informasi yang didapat di lingkungaan sekitar, dan menunjukkan dunia di luar keluarga.
Oleh karena itu hubungan dengan teman sebaya yang baik penting untuk perkembangan sosial yang normal. Ketika anak tidak dapat terlibat dalam jaringan sosial bisa menimbulkan masalah, seperti perilaku anak yang menarik diri, kurang percaya diri, kesepian, hal tersebut dapat mengakibatkan depresi pada anak. Dampak yang lain juga karena sikap agresif pada teman sebaya dapat mengakibatkan kenakalan remaja, termasuk putus sekolah. Pada teman sebaya anak belajar :
1.Mengeluarkan pendapat ketika mengusulkan permainan yang akan dimainkan.
2.Menghargai pendapat orang lain,ketika ada teman yang mengusulkan suatu
permainan, anak akan mendengarkan usul dari teman.(Ani: aku pingin main
boneka-bonekaan, Tika: aku pengen main masak-masakan)
3.Belajar mengambil keputusan, menentukan permainan apa yang akan dimainkan,
berdasarkan hasil kesepakatan ( ya, udah kita main ibu-ibuan sambil masak-
masakan saja).
4.Belajar menerima hasil kesepakatan, ketika pendapat anak disetujui harus
menerima keputusan dengan lapang dada. ( Anti yang tidak suka bermain masak-
masakan dan ibu-ibuan menerima keputusan bersama, dan tetap bermain
bersama)

Hubungan keluarga yang sehat, akan mendorong hubungan teman sebaya yang sehat juga.
Dalam hubungan dengan sebaya terdapat juga bermacam-macam status yaitu:

Status sebaya:
1. Anak-anak populer : sering dijadikan sahabat, jarang tidak disukai oleh teman
sebaya mereka, memiliki kemampuan sosial yang baik.
2. Anak-anak rata : menerima penilaian yang positif dan negatif dari sebaya
mereka.
3. Anak- anak yang diabaikan ( neglected) : jarang dijadikan sahabat, tetapi tidak
dibenci oleh sebayanya, biasanya pemalu.
4. Anak –anak yang ditolak : jarang dijadikan sahabat, tetapi dibenci secara aktif
oleh sebaya mereka, biasanya menarik diri, atau juga bisa agresif.
5. Anak- anak kontroversial : sering dijadikan sebagai teman baik seseorang, tetapi
juga dibenci oleh temannya.

Anak-anak yang mengalami penolakan dalam kelompoknya, dan bersikap agresif memiliki masalah dalam hubungan sosialnya yang diwujudkan dengan :

1. Anak agresif yang ditolak lebih impulsif, memiliki masalah dengan mempertahankan
perhatian. Maka mereka akan cenderung mengacau dalam kegiatan di kelas dan dalam
permainan kelompok.
2. Anak agresif yang ditolak, lebih reaktif secara emosional, lebih cepat marah dan
akan sulit untuk menenangkan diri, dan biasanya menyerang secara fisik, atau
verbal.
3. Anak yang ditolak dalam hubungan sebaya, akan memiliki kemampuan sosial yang
kurang dalam mempertahankan hubungan yang positif dengan teman sebaya.





Bullying

Bullying adalah perilaku verbal dan fisik yang dimaksudkan untuk mengganggu anak yang lebih lemah, misal : memanggil dengan sebutan yang tidak disukai anak
seperti : si Pendek, si Pesek, si Hitam.
Yang menjadi korban Bullying biasanya adalah anak laki-laki dan siswa sekolah menengah yang lebih muda.
Anak yang sering menjadi korban Bullying menampilkan perilaku menarik diri, kesulitan dalam berteman, dan kesepian, mereka menjadi korban karena tidak melawan ketika dijadikan korban Bullying. Sementara anak yang melakukan Bullying adalah cenderung memiliki nilai rendah, merokok, dan minum alkohol.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar